Rabu, 01 Juni 2016

Menghitung Determinan dengan Reduksi Baris

MENGHITUNG DETERMINAN DENGAN REDUKSI BARIS

Teorema 2.2.1
Misalkan A adalah suatu matriks bujursangkar.
Jika A memiliki satu baris atau satu kolom bilangan nol, maka det(A) = 0
det (A) = det(AT)
Bukti (a). Karena setiap hasilkali elementer bertanda dari A memiliki satu faktor dari tiap baris dan satu faktor dari tiap kolom, maka setiap hasilkali elementer bertanda akan memiliki satu faktor dari satu baris nol atau satu faktor dari dari satu kolom nol. Pada kasus-kasus seperti ini, setiap hasilkali elementer bertanda adalah nol, dan det(A) yang merupakan jumlah dari semua hasilkali elementer bertanda adalah nol.

Matriks Segitiga
Teorema 2.2.2
Jika A adalah matriks segitiga n × n (segitiga atas, segitiga bawah, atau diagonal) maka det(A) adalah hasilkali dari entri-entri pada diagonal utama matriks tersebut; yaitu det(A) = a11a22...ann.
Untuk menyederhanakan notasi, kami akan membuktikan hasil untuk matriks segitiga bawah 4 × 4.

Argumentasi untuk matriks n × n adalah sama. Bukti untuk matriks segitiga atas dapat diperoleh dengan menerapkan Teorema 2.2.1b dan mengamati bahwa transpos dari matriks segitiga atas adalah matriks segitiga bawah dengan entri-entri diagonal yang sama.
Bukti dari teorema 2.2.2 (kasus segitiga bawah 4 × 4). Satu-satunya hasilkali elementer dari A yang bisa berupa bilangan taknol adalah a11 a22 a33 a44. Untuk membuktikan kebenarannya, perhatikan suatu hasilkali elementer yang khas a1j1 a2j2 a3j3 a4j4. Karena a12 = a13 = a14 = 0, untuk mendapatkan hasilkali elementer yang taknol, maka haruslah j1 = 1. Jika j1 = 1, maka haruslah j2 ≠ 1, karena tidak ada dua faktor yang berasal dari kolom yang sama. Selanjutnya, karena a23 a24 = 0, untuk mendapatkan hasilkali taknol, maka haruslah j2 = 2. Dengan cara yang sama, kita memperoleh j3 = 3 dan j4 = 4. Karena a11a22a33a44 dikalikan dengan +1, untuk membentuk hasilkali elementer bertanda maka kita memperoleh
det(A) = a11a22a33a44.

CONTOH 1 Determinan Matriks Segitiga Atas


Operasi Baris Elementer
Teorema 2.2.3
Misalkan A adalah suatu matriks n x n.
Jika B adalah matriks yang diperoleh ketika satu baris atau satu kolom dari A dikalikan dengan suatu skalar k, maka det(B) = k det(A).
Jika B adalah matriks diperoleh ketika dua baris atau dua kolom dari A dipertukarkan, maka det(B)  = .
Jika B adalah matriks yang diperoleh ketika kelipatan dari satu baris A ditambahkan ke baris lainnya atau ketika kelipatan dari satu kolom ditambahkan ke kolom yang lain, maka det(B) = det(A).
CONTOH 2 Teorema 2.2.3 Diterapkan untuk Determinan
Hubungan
Operasi



det(B) = det(A)
Baris pertama dari A dikalikan dengan k.



det(B) = -det(A)
Baris pertama dan kedua dari A dipertukarkan



det(B) = det(A)
Suatu kelipatan dari baris kedua dari A ditambahkan ke baris pertama.


Matriks Elementer
Suatu matriks elementer diperoleh dengan melakukan suatu operasi baris elementer tunggal pada suatu matriks identitas.
Teorema 2.2.4
Misalkan E adalah suatu matriks elementer n × n.
Jika E adalah hasil perkalian suatu baris dari In dengan k, maka det(E) = k.
Jika E adalah hasil pertukaran dua baris dari In, maka det(E) = -1.
Jika E adalah hasil penjumlahan kelipatan satu baris dari In ke baris lainnya, maka det(E) = 1.
CONTOH 3 Determinan dari Matriks Elementer
Determinan dari matriks elementervberikut ini, yang dihitung dengan inspeksi, mengilustrasikan Teorema 2.2.4
,

Baris kedua dari I4 dikalikan dengan 3

 ,

Baris pertama dan terakhir dari I4 dipertukarkan



7 kali baris terakhir dari I4 ditambahkan ke baris pertama.



Matriks dengan Baris atau Kolom yang Proporsional
Jika suatu matriks bujursangkar A memiliki dua baris yang proporsional, maka suatu baris bilangan nol dapat dibentuk dengan cara menjumlahkan kelipatan yang sesuai dari salah satu baris ke baris yang lainnya. Hal yang sama berlaku untuk kolom. Tetapi menjumlahkan kelipatan dari satu baris ke baris lainnya atau dari satu kolom ke kolom yang lainnya juga tidak akan mengubah determinan, maka sesuai dengan teorema 2.2.1a, kita pasti memiliki det(A) = 0.
Teorema 2.2.5
Jika A adalah suatu matriks bujursangkar dengan dua baris atau dua kolom yang proporsional, maka det(A) = 0.
CONTOH 4 Membentuk Baris NOL
Perhitungan berikut menggambarkan cara membentuk satu baris bilangan nol jika terdapat dua baris yang proporsional:

Baris kedua merupakan 2 kali baris pertama, sehingga kita menambahkan -2 kali baris pertama ke baris kedua untuk membentuk satu baris nol.


Masing-masing dari matriks berikut memiliki dua baris atau kolom yang proporsional; jadi, masing-masing memiliki determinan nol.


Menghitung Determinan dengan Reduksi Baris
Kini kami akan memberikan metode untuk menghitung determinan yang melibatkan perhitungan yang lebih sedikit dibanding dengan jika kita menerapkan definisi determinan secara langsung. Gagasan dari metode ini adalah dengan mereduksi matriks yang diberikan menjadi bentuk segitiga atas melalui operasi baris elementer, kemudian menghitung determinandari matriks segitiga atas (suatu perhitungan yang mudah), kemudian menghubungkan determinan tersebut dengan matriks aslinya.
CONTOH 5 Reduksi Baris untuk Menghitung Determinan
Hitunglah det(A) dimana

Penyelesaian.
Kita akan mereduksi A menjadi bentuk eselon baris (yaitu segitiga atas) dan menerapkan Teorema 2.2.3:



Baris pertama dan kedua dari A dipertukarkan.





Suatu faktor bersama yaitu 3 dari baris pertama dikeluarkan melewati tanda determinan.






-2 kali baris pertama ditambahkan ke baris ketiga.






-10 kali baris kedua ditambahkan ke baris ketiga.






Suatu faktor bersama yaitu -55 dari baris terakhir dikeluarkan melewati tanda determinan.








CONTOH 6. Operasi Kolom untuk Menghitung Determinan
Hitunglah determinan dari

Penyelesaian.
Determinan ini dapat dihitung sebagaimana cara di atas dengan mengunakan operasi baris elementer untuk mereduksi A menjadi bentuk eselon baris, tetapi kita juga dapat mengubah A menjadi bentuk segitiga bawah dalam satu langkah dengan cara menambahkan -3 kali kolom pertama ke kolom keempat untuk memperoleh

contoh ini menunjukkan perlunya kita memberikan perhatian pada operasi kolom untuk memperpendek perhitungan.

Referensi: Anton - Rorres, Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi edisi ke-8.

Psikologi Pendidikan Lingkungan Pembelajaran Efektif

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan.
Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan pengorganisasian kegiatan di ruang kelas, pengajaran, dan ruang kelas fisik untuk memungkinkan penggunaan waktu yang efektif, mencipyakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan meminimalkan gangguan. Disiplin merujuk pada metode yang digunakan untuk mencegahmasalah perilaku atau menanggapi masalah perilaku yang ada dengan maksud untuk mengurangi kejadiannya pada masa mendatang (lihat Charles,2005;Levin & Nolan,2004;Marzano,2003). Siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan yang ditata dengan baik yang melibatkan minat mereka, yang sangat termotivasi untuk belajar, dan yang mengerjakan tugas-tugas yamg menantang namun dalam batas kemampuan mereka jarang membawa satu pun masalah manajemen yang serius. manajemen ruang kelas adalah metode yang digunakan untuk mengorganisasikan kegiatan di ruang kelas. Pengajaran, struktur fisik, dan hal-hal lainnya untuk menggunakan waktu dengan efektif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan meminimalkan masalah perilaku dan gangguan lainnya.


Rumusan masalah

Apa yang dimaksud dengan lingkungan pembelajaran yang efektif?
Apa dampak waktu terhadap pembelajaran?
Praktik apa saja mempunyai andil bagi manajemen ruang kelas yang efektif?
Apa saja beberapa strategi untuk mengelola perilaku buruk yang rutin?
Bagaimana analisis perilaku terapan digunakan untuk mengelola masalah perilaku yang lebih serius?
Bagaimana masalah perilaku yang serius dapat dicegah?

Tujuan

Mengetahui pengertian lingkungan pembelajaran yang efektif
Mengetahui dampak waktu terhadap pembelajaran
Mengetahui Praktik apa saja mempunyai andil bagi manajemen ruang kelas yang efektif
Mengetahui beberapa strategi untuk mengelola perilaku buruk yang rutin
Mengetahui analisis perilaku terapan digunakan untuk mengelola masalah perilaku yang lebih serius
Mengetahui cara untuk memecahkan masalah perilaku yang serius sehingga dapat dicegah

 BAB II
PEMBAHASAN

Apa yang dimaksud dengan lingkungan pembelajaran yang efektif?
Penyediaan lingkungan pembelajaran yang efektif meliputi strategi yang digunakan guru untuk menciptalan pengalaman ruang kelas yang positif dan produktif. Sering disebut manajemen ruang kelas (classroom manajemen), strategi untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang efektif tidak hanya meliputi mencegah dan menanggapi perilaku yang buruk tetapi juga, yang lebih penting, menggunakan waktu kelas dengan baik, menciptakan atmosfer yang kondusif bagi minat dan penelitian, dan membolehkan kegiatan yang melibatkan pikiran dan imajinasi siswa. Kelas yang tidak mempunyai masalah perilaku sama sekali tidak dapat dianggap sebagai kelas yang dikelola dengan baik.
Siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan yang ditata dengan baik yang melibatkan minat mereka, yang sangat termotivasi untuk belajar, dan yang mengerjakan tugas-tugas yamg menantang namun dalam batas kemampuan mereka jarang membawa satu pun masalah manajemen yang serius. manajemen ruang kelas adalah metode yang digunakan untuk mengorganisasikan kegiatan di ruang kelas. Pengajaran, struktur fisik, dan hal-hal lainnya untuk menggunakan waktu dengan efektif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan meminimalkan masalah perilaku dan gangguan lainnya.
Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan pengorganisasian kegiatan di ruang kelas, pengajaran, dan ruang kelas fisik untuk memungkinkan penggunaan waktu yang efektif, mencipyakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan meminimalkan gangguan. Disiplin merujuk pada metode yang digunakan untuk mencegahmasalah perilaku atau menanggapi masalah perilaku yang ada dengan maksud untuk mengurangi kejadiannya pada masa mendatang (lihat Charles,2005;Levin & Nolan,2004;Marzano,2003).
Tidak ada keajaiban atau karisma.yang menjadikan guru sebagai manajer ruang kelas yang efektif. Pencptaan lingkungan pembelajaran yang efektif adalah soal mengetahui beberapa teknik yang dapat dipelajari dan diterapkan setiap guru. Pada masa lalu, penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif sering dipandang sebagai soal mengatasi perilaku buruk masing-masing siswa. Pemikiran saat ini menekankan manajemen kelas sebagai keseluruhan dengan cara seperti membuat masing-masing orang yang berperilaku buruk menjadi semakin jarang (Ebertson & Harris, 1993). Guru yang menyajikan pelajaran yang menarik dan tertata dengan baik, yang menggunakan insentif untuk belajar efektif, yang menyesuaikan pengajaran mereka terhadap tingkat persiapan siswa, dan yang merencanakan dan mengelola waktu mereka sendiri dengan efektif akan mempunyai sedikit masalah disiplin untuk diatasi.

Apa dampak waktu terhadap pembelajaran?
Waktu yang lebih banyak digunakan dalam pengajaran mempoo unyai dampak positif terhadap pencapaian siswa, dampak waktu tambahan sering tidak terlalu besar atau tidak konsisten. Khususnya, perbedaan khas lamanya hari sekolah dan tahunsekolah diantara distrik-diistrik yang berbeda hanya mempunyai dampak kecil terhadap pencapaian sisw. Apa yang tampaknya lebih penting adalah bagaiana waktu digunakan di kelas. Waktu sibuk (engaged time) atau waktu dalam tugas ( time on task), yaitu jumlah menit yang benar-benar dimanfaatkan untuk belajar, adalah ukuran waktu yang paling sering ditemukan mempunyai andil bagi pembelajaran. Dengan kata lain, aspek terpenting waktu ialah sesuatu yang berada dalam pengendalian langsung oleh guru: pengorganisasian dan penggunaan waktu di ruang kelas.
Menggunakan alokasi waktu untuk pengajaran
Waktu adalah sumber daya terbatas di sekolah. Sekolah biasanya melakukan pertemuan sekitar 6 jam per hari selama 180 hari setiap tahun. Waktu untuk kegiatan pendidikan dapat diperpanjang melalui penugasan pekerjaan rumah atau (bagi beberapa siswa) sekolah musim panas, tetapi waktu total tersedia untuk pengajaran pada dasarnya ditentukan. Dari 6 jam ini (atau sekitar itu) harus terdapat waktu untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran ditambah dengan waktu untuk makan siang, istirahat, dan pendidikan jasmani; peralihan diantara jam pelajaran; pengumuman; dan seterusnya. Dalam satu jam pelajaran selama 40 hingga 60 menit pada pelajaran tertentu, banyak faktor yang benar-benar berbeda mengurangi waktu yang tersediauntuk pengajaran.
Istilah untuk waktu pengajaran yang tetsedia adalah alokasi waktu. Waktu yang tetsedia bagi siswa untuk memperoleh kesempatan belajar. Ketika guru mengajar, siswa dapat belajar dengan memberikan perhatian. Ketika siswa mempunyai tugas tertulis atau tugas lain, mereka dapat belajar dengan mengerjakannya. Diskusi berlanjut mengenai beberapa kebiasaan umum untuk memaksimalkan alokasi waktu.
Waktu guru untuk pengajaran dibatasi oleh jumlah waktu yang digunakan untuk masalah manajemen rutin seperti memeriksa absen. Untuk mencegah hilangnya waktu pengajaran kita dapat melakukan hal-hal berikut ini.
Mencegah waktu yang hilang
Mencegah permulaan yang terlambat dan penyelesaian dini
Mencegah gangguan
Menangani prosedur rutin
Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin
Menggunakan waktu sibuk dengan efektif
Waktu sibuk (waktu tugas) adalah waktu yang benar-benar digunakan masing-masing siswa untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. Alokasi waktu dan waktu sibuk berbeda dalam arti bahwa alokasi waktu merujuk pada kesempatan bagi sdluruh kelas untuk terlibat ke dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan waktu sibuk dapat berbeda untuk masing-masing siswa, bergantung pada daya perhatian siswa dan kesediaan untuk bekerja. Strategi untuk memaksimalkan waktu siswa dalam tugas dibahas dalam bagian-bagian berikut. Beberapa studi menemukan program pelatihan guru yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang disajikan dalam bagian-bagian berikut meningkatkan keterlibatan dan dalam beberapa kasus pembelajaran siswa.
Memberikan pelajaran yang memikat, cara tetbaik untuk meningkatkan waktu siswa dalam tugas ialah memberikan pelajaran yang begitu menarik, memikat, dan relevan dengan minat siswa sehingga siswa akan memberikan perhatian dan senang mengerjakan apa yang diminta dari mereka. Sebagian strategi ini mengharuskan guru menekankan pengajaran yang aktif dan berlangsung cepat dengan cara penyajian yang berbeda-beda dan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berpartisifasi dan tidak menekankan tugas kelas mandiri, khususnya tugas kelas yang tidak diawasi (seperti dalam waktu menindaklanjuti dalam pelajaran membaca sekolah dasa).
Mempertahankan daya gerak, bagian ini merupakan kunci untuk mempertahankan keterlibatan pada tugas tetap tinggi. Daya gerak (momentum) merujuk pada upaya menghindarkan gangguan atau perlambatan. Dalam kelas yang mempertahankan daya gerak yang baik, siswa selalu mempunyai sesuatu untuk dikerjakan dan begitu mulai bekerja, tidak diganggu.
Mempertahankan kemulusan pengajaran, kemulusan (smoothness) adalah istilah lain yang digunakan untuk menyebut pada fokus yang berkesinambungan pada urutan pengajaran yang bermakna. Pengajaran yang mulus menghindari lompatan tanpa peralihan dari topik ke topik atau dari pelajaran ke kegiatan lain.
Mengelola peralihan, peralihan adalah pergantian daria satu kegiatan ke kegiatan lain. Berikut ada tiga aturan untuk manajemen peralihan:
Ketika melakukan peralihan, guru seharusnya memberi tanda yang jelas yang sudah diajarkan kepada siswa untuk menanggapinya.
Sebelum peralihan dilakukan, siswa harus merasa yakin tentang apa yang akan mereka lakukan ketika tanda diberikan.
Lakukanlah peralihan semua sekaligus. Siswa seharusnya dilatih melakukan peralihan sebagai satu kelompok, bukannya satu per satu siswa. Guru seharusnya memberikan petunjuk kepada siswa tersebut secara keseluruhan atau kepada kelompok yang sudah ditetapkan dengan baik.
Mempettahankan fokus kelompok selama pelajaran, berarti menggunakan strategi pengorganisasian ruang kelas dan teknik bertanya yang memastikan bahwa semua siswa dikelas tersebut tetap terlibat dalam pelajaran tersebut, sekalipun hanya satu nama siswa dipanggil oleh guru. Dua komponen utama pada bagian ini sangat terkait dengan perilaku siswa dalam tugas adalah akuntabilitas dan penyiagaan kelompok. Akuntabilitas untuk memaksudkan sejauh mana guru meminta anak-anak mempertahankan akuntabilitas dan bertanggung jawab atas kinerja tugas mereka selama pertemuan tanya jawab. Penyiagaan kelompok mengacu pada strategi bertanya yang dirancang untuk membuat semua siswa waspada selama pengajaran atau diskusi.
Mempertahankan fokus kelompok selama tugas kelas, selama masa-masa ketika siswa melakukan tugas kelas dan guru tersedia untuk bekerja bersama mereka, penting memantau kegiatan tugas kelas tersebut dan memeriksa secara informal pekerjaan masing-masing siswa.
Kejelian, kejelian menggambarkan tindakan mengajarbyang menunjukkan kesadaran terhadap perilaku siswa setiap saat. Komponen utama kejelian adalah melihat kelas tersebut dengan sering dan melakukan kontak mata dengan masing-masing siswa.
Tumpang tindih, Merujuk pada kemampuan guru memberikan perhatian pada gangguan atau masalah perilaku sambil melanjutkan pelajaran atau kegiatan pengajaran lainnya.
Apakah waktu dalam tugas dapat terlalu tinggi?
Kelas yang jarang mengerjakan tugas tentu saja bukanlah kelas yang dikelola dengan baik. Namun, mungkin saja melangkah terlalu jauh ke arah sebaliknya, dengan menekankan waktu dalam tugas dan mengesampingkan semua pertimbangan lainnya.
Beberapa studi telah menemukan bahwa penambahan waktu dalam tugas di kelas di mana siswa sudah berperilaku cukup baik tidak meningkatkan pencapaian siswa. Penekanan berlebihan pada waktu dalam tugas dapat merugikan pembelajaran dalam beberapa hal. Misalnya tugas-tugas yang rumit yang melibatkan kreativitas dan ketidakpastian cenderumg menghasilkan tingkat waktu dalam tugas yang lebih rendah daripada tugas yang sederhana dan sesuai dengan rencana. Namun, jelas akan menjadi strategi pengajaran yang buruk apabila orang menghindari tugas yang rumit dan tidak pasti hanya untuk mempertahankan waktu dalam tugas tetap tinggi. Upaya mempertahankan tatanan ruang kelas adalah sasaran penting pengajaran, tetapi hal itu hanyalah salah satu dari sekian banyak.
Manajemen ruang kelas di ruang kelas yang tetpusat pada siswa
Di ruang kelas yang lebih terpusat pada siswa, anak-anak mungkin menghabiskan banyak waktu mereka bekerja sama satu sama lain, mengerjakan proyek terbuka, menulis, dan melakukan eksperimen. Manajemen ruang kelas lebih menekankan partisipasi di ruang kelas yang terpusat pada siswa, dan siswa terutama dilibatkan dalam menentukan standar perilaku, dan jenis perilaku yang diharapkan akan berbeda. Namun, dalam hal ini ketentuan untuk mengelola ruang kelas yang terpusat pada siswa tidak begitu berbeda dari ketentuan untuk mengelola ruang kelas tradisional. Perarturan masih diperlukan dan harus terus-menerus dikomunikasikan kepada siswa dan terus-menerus ditegakkan. Kalau siswadi ruang kelas yang terpusat pada siswa sangat terlibat dan termotivasi oleh keragaman, kegiatan, dan ciri sosial kegiatan ruang kelas, tindakan-tindakan disipliner akan kurang diperlukan. Namun, tidak terelakan perilaku buruk siswa tertentu akan mengganggu pembelajaran siswa lain, dan guru harus mempunyai strategi untuk membentu siswa bertindak sesuai dengan kaidah yang telah disepakati semua anggota kelas tersebut.

Praktik Apa Saja Mempunyai Andil bagi Manajemen Ruang Kelas yang Efektif?
Mengawali Tahun Ajaran Dengan Benar
Karakteristik manajer ruang kelas yang efektif adalah sebagai berikut:
Manajer yang lebih efektif mempunyai rencana yang jelas dan spesifik untuk memperkenalkan siswa pada peraturan dan prosedur ruang kelas dan menggunakan sebanyak mungkin hari-hari yang diperlukan untuk melaksanakan rencana mereka hingga siswa tahu bagaimana berbaris, meminta bantuan, dan seterusnya.
Manajer yang lebih efektif bekerja dengan seluruh kelas pada awalnya (sekalipun mereka berencana untuk mengelompokkan siswa kemudian hari).
Manajer yang lebih efektif menggunakan waktu taambahan selama hari-hari pertama sekolah untuk memperkenalkan prosedur dan membahas peraturan kelas.
Manajer yang lebih efektif mengajarkan prosedur spesifik kepada siswa.
Sebagai kegiatan pertama, manajer yang lebih efektif menggunakan tugas yang yang sederhana dan menyenangkan.
Manajer yang lebih efektif reaksi langsung untuk menghentikan setiap perilaku yang buruk.
Menetapkan Peraturan Kelas
Tiga prinsip menentukan proses menetapkan peraturan kelas adalah peraturan kelas seharusnya berjumlah sedikit, masuk akal dan dipandang adil oleh siswa, diterangkan dengan jelas dan sengaja diajarkan kepada siswa. Tujuan utama dengan jelas menerangkan peraturan kelas umum ialah untuk memberi kewenangan moral bagi prosedur spesifik. Ketika kelas secara keseluruhan menyepakati seperangkat peraturan, orang yang pelanggar tahu bahwa mereka melampaui kaidah komunitas, bukan peraturan sewenang-wenang guru. Seperangkat peaturan kelas yang cocok untuk segala tujuan adalah sebagai berikut:
Bersikap sopanlah kepada orang lain
Hormatilah harta-benda orang lain
Tetaplah dalam tugas
Acungkan tangan untuk dikenali


Apa Saja Beberapa Strategi Untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Rutin

Prinsip Intervensi Terkecil
Guru seharusnya memperbaiki perilaku buruk dengan menggunakan intervensi yang paling sederhana yang akan membawa hasil. Misalnya Pencegahan, contohnya guru memperlihatkan antusiasme, mengubah-ubah kegiatan, mengupayakan siswa tetap tertarik. Isyarat Non-verbal, contohnya menanyakan keterlambatan menyerahkan makalah, dan guru bereaksi dengan mengerutkan dahi. Pujian atas perilaku yang benar yang bertentangan dengan perilaku yang buruk, contohnya Tanya, saya mendengar anda menyelesaikan proyek pameran ilmu pengetahuan alam anda dengan tepat waktu untuk dinilai. Sangat bagus. Pujian terhadap siswa lain, contohnya saya melihat kebanyakan anda menyerahkan makalh anda tepat waktu hari ini. Saya benar-benar menghargainya. Peringatan lisan contohnya Tanya, silakan serahkan makalah anda berikutnya tepat waktu. Peringatan berulang, contohnya Tanya, penting menyerahkan makalah anda tepat waktu. Konsekuensi, contohnya tanta menghabiskan 10 menit seusai pelajaran untuk memulai tugas makalah berikutnya.
Pencegahan
Guru dapat mencegah frustasi yang disebabkan oleh bahan yang terlalu sulit atau tugas yang terlalu panjang dengan memecah tugas menjadi langkah-langkah yang lebih kecildan melakukan tugas yang lebih baik untuk mempersiapkan siswa bekerja sendiri.
Isyarat Nonverbal
Guru dapat menghilangkan banyak perilaku buruk rutin di ruang kelas tanpa memutus daya gerak pelajaran melalui penggunaan isyarat non-verbal sederhana. Melakukan kontak mata dengan siswa yang berperilaku burukmungkin sudah cukup untuk menghentikan perilaku buruk.
Memuji perilaku yang bertentangan dengan perilaku buruk
Salah satu strategi untuk mengurangi perilaku burukdi kelas ialah memastikan untuk memuji siswa atas perilaku yang bertentangan dengan perilaku buruk yang ingin anda kurangi.maksudnya, tamgkaplah siswa dalam tindakan yang sedang melakukan yang benar.
Memuji siswa lain
Sering dimungkinkan mengupayakan seorang siswa berperilaku baik dengan memuji siswa lain karena berperilaku baik.
Peringatan lisan
Apabila isyarat nonverbal dirasakan mustahil atau tidak efisien, peringatan lisan sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa. Peringatan tersebut seharuanya diberikan langsung setelah siswa tadi berperilaku buruk; perilaku yang ditunda biasanya tidak akan efektif.

Peringatan berulang
Ketika siswa menolak untuk menaati peringatan sederhana, salah satu strategi untuk dicoba pertama-tama ialah mengulangi peringatan tersebut, dengan mengabaikan setiap dalih atau bantahan yang tidak relevan.
Menerapkan konsekuensi
Sebelum memberikan konsekuensi kepada siswa karena ketidakpatuhan, guru harus benar-benar merasa yakin bahwa mereka dapat dan akan melaksanakannya hingga selesai kalau perlu.kalau guru tidak siap menerapkan konsekuensi, siswa akan belajar untuk tidak mengindahkannya.

Bagaimana Analisis Perilaku Terapan Digunakan untuk Mengelola Masalah Perilaku yang Lebih Parah
Bagaimana perilaku buruk siswa dipertahankan
Ingin mendapatkan perhatian dari guru
Untuk memperoleh perhatian dan dukungan teman sebaya mereka
Pembebasan dari keadaan atau kegiatan yang tidak menyenangkan
Prinsip analisis perilaku terapan
Identifikasilah perilaku dan tindakan penguatan sasaran
Tentukanlah garis dasar (patokan) untuk perilaku sasaran
Pilihlah tindakan penguatan dan kriteria untuk penguatan
Kalau perlu, pilihlah tindakan penghukuman dan kriteria untuk hukuman
Amatilah perilaku selama implementasi program, dan bandingkanlah itu dengan garis dasar.
Apabila program manajemen perilaku tersebut berjalan dengan baik, kurangilah frekuensi penguatan.
Program Analisis Perilaku Terapan
Penguatan berbasis keluarga
Kartu laporan harian
Program kebergantungan kelompok
Etika metode perilaku
Metode analisis perilaku terapan seharusnya digunakan hanya ketika tampak jelas bahwa metode preventif dan informal untuk meningkatkan manajemen ruang kalas tidak cukup untuk menciptakan lingkungan yang positif bagi pembelajaran. Tidak etis terlalu menerapkan metode ini, tetapi juga mungkin sama-sama tidak etis tidak berhasil menerapkannya apabila hal itu dapat mencegah masalah yang serius. Misalnya, mungkin tidak etis merujuk seorang anak ke pendidikan khusus atau memberikan skorsing, megeluarkan, atau memutuskan tinggal kelas seorang anak berdasarkan suatu pola masalah perilaku sebelum menggunakan metode manajemen perilaku positif dengan cukup lama untuk melihat apakah mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut tanpa tindakan yang lebih kejam.

Bagaimana Cara Mencegah Masalah Perilaku yang Parah?
Program pencegahan
Mengidentifikasi penyebab perilaku buruk
Menegakkan peraturan dan praktik
Menegakkan kehadiran sekolah
Periksa dan hubungi
Menghindari jalur kasus
Mempraktikkan intervensi
Meminta keterlibatan keluarga
Menggunakan mediasi teman sebaya
Menerapkan konsekuensi dengan bijaksana

 BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan strategi yang digunakan guru untuk mempertahankan perilaku yang tepat dan menanggapi perilaku buruk di ruang kelas. Upaya membuat siswa tetap tertarik dan terlibat dan kesediaan memperlihatkan antusiasme berperan penting untuk mencegah perilaku buruk. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif adalah masalah mengetahui beberapa teknik yang dapat dipelajari dan diterapkan guru.

Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Agar penulis lebih mencapai kemajuan dari sebelumnya dalam hal yang sama. Penulis berharap makalah yang disampaikan ini dapat bermanfaat, menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

 DAFTAR PUSTAKA

Slavin E. Robert.2009.PSIKOLOGI PENDIDIKAN TEORI DAN PRAKTIK jilid 2.Jakarta:Indeks.